Kamis, 18 April 2013

Nadin


Karya  : @mesy_mdv


                “N…Ana…D…Idi…N” yups ! Nadin, itu nama ku, lengkapnya Nadinda Rachel Aniska. Aku anak semata wayang dari “0” bersaudara, hehehe…. Terlahir pada 6 juni, pemilik bintang Gemini. Mama dan papa ngakunya aku anak kandung, padahal aku gak ada mirip-miripnya sama mereka. Bayangin aja, papa itu orangnya mancung, tinggi, putih, lumayan ganteng, sedangkan mama cantik, keturunan bule, tinggi pula. La aku ? udah pendek, pesek, rada item. “loh jadi aku ini anak siapa ?” ah sudahlah gak usah di perpanjang, yang jelas mama sama papa itu sayang banget sama aku, begitu juga dengan aku yang sayang banget sama mereka. Cita-cita terbesar mereka adalah ngeliat aku jadi seorang dokter dan hidup mapan. Dari kecil, apapun yang aku  mau pasti di kasih sama mama dan papa, dari mulai sekolah terbaik, mainan, buku, liburan, dan semua hal yang aku mau. Dulu waktu masih SMP, aku pernah berjanji sama mama bakal jadi apa yang mama mau dan bakalan buat mama sama papa bangga ngeliat aku nantinya. Dari situ aku semanggat terus buat belajar… belajar… dan belajar…
            Masuk ke SMA lama-lama kok aku ngerasain titik jenuh dengan pola hidup yang aku jalanin selama ini. Aku  jadi males bangun pagi, males belajar, gak pernah buat PR, kerjaanku main games, chating, jalan-jalan bareng temen. Entah kenapa semua ini terjadi sama diri aku. Tapi, aku ngerasa bebas dengan keadan seperti ini, gak ada beban sama sekali di otakku, yang ada cuma main, santai dan bahagia. Karena terlalu sering main dan gak ngurusin tugas-tugas sekolah, akhirnya aku  jadi sering di hukum sama guru. Sampai-sampai guru sekolahku nyerah buat ngedidik aku, alhasil ibu Sinta menelpon mama dan papa dan menyuruh mereka untuk datang kesekolah dan membicarakan perubahan sikapku selama ini. Bu Sinta selaku wali kelas 10.1 menanyakan penyebab perubahanku selama ini, aku yang di kenal guru rajin, gak nakal, penurut dan selalu dapat nilai sempurna malah berubah jadi sosok nadin yang nag dikenali para guru dan teman-temanku.  Mama sama papa kecewa berat sama perubahan sikapku, aku kena marah abis-abisan sama papa karena semua nilai mata pelajaran yang biasanya bagus malah jadi anjlok semua.
            Sesampainya dirumah, aku di sidang sama mama dan papa. Aku  dihukum gak boleh main ke luar rumah, HP jugadi sita, pulang sekolah harus langsung pulang, uang jajan di potong sampai aku balik lagi jadi Nadin yang dulu, yang rajin belajar dan penurut. Jujur aja aku kesal sama sikap papa yang ngehukum aku kayak gini. Abis itu aku langsung masuk ke kamar dan gak keluar, gak mau masuk sekolah, mogok bicara sama mama dan papa. Didalam hatiku berteriak “ini semua tidak adil….!! Mama dan papa memang gak sayang sama aku”. Malam harinya mama mengetuk pintu kamarku yang beradah di lantai dua dekat balkon rumah yang bercatkan warna coklat muda ini “tok…tok…tok…. Nadin, buka pintunya nak, kamu belum makan dari tadi siang” ujar mama dari balik pintu. Aku  gak menjawab kata-kata mama, perutku yang dari tadi gak diisi apa-apa juga tak terasa lapar dan aku tetap berada di atas kasur hingga akhirnya tertidur dengan pulas.
            Pagi harinya ada yang mengetuk pintu kamarku lagi beberapa kali, ku kira itu mama yang akan membujukku agar keluar kamar dan makan. Tapi, ternyata itu papa “tok…tok…tok… Nadin Rachel Aniska, sampai kapan kamu mau mengurung diri di kamar seperti ini, kamu mau jatuh sakit karena tidak makan di dalam sana ?” kata papa sambil mengetuk pintu kamarku, tapi aku masih membisu. Lalu papa kembali berkata “Nadin, papa gak ngerti apa mau kamu sekarang, mogok bicara, gak mau makan, gak mau sekolah, mau jadi apa kamu nanti ? sekarang terserah sama kamu, papa capek ngeliat sikap kamu kayak gini, kamu itu udah besar jangan bersikap seperti anak kecil teru,  toh kalau kamu gak sekolah kamu juga yang akan kehilangan teman-teman dan masa depan yang kamu impikan selama ini”. Mendengar perkataan papa barusan hatiku pun tersentak, disini aku mulai berpikir  dan bertanya dalam hati “apa yang aku lakukan selama ini ? begitu banyak orang yang telah aku kecewakan, waktu yang seharusnya ku pergunakan untuk belajar malah ku pergunakan untuk bermain dan bersantai-santai, bagaimana dengan cita-citaku dan harapan orang tuaku” tampa sadar, air mataku menetes membasahi pipiku dan aku teringat akan janji yang aku ucapkan kepada mama sewaktu aku SMP dulu. Sekarang aku baru menyadari betapa hancurnya hati mama dan papa yang telah aku kecewakan dengan sikapku. Semenjak hari itu aku pun bertekat untuk kembali menjadi Nadin yang dulu, Nadin yang selalu mendengarkan omongan mama dan papa, Nadin yang rajin belajar, Nadin yang rajin buat PR, dan Nadin yang selalu membanggakan setiap orang yang menyayangiku.
            Sore hari yang cerah, mama dan papa sedang duduk di taman belakang rumah sambil makan pisang goreng keju dan teh hangat madu, itu semua makanan kesukaan papa dan mama sering membuatkannya. Mereka membicarakan aku, dengan rasa sangat bersalah aku pun memberanikan diri untuk melangkahkan kakiku mendekati mama dan papa. “ ma-pa, Nadin mau minta maaf atas sikap Nadin selama ini, Nadin sadar udah ngecewain mama sama papa. Nadin janji bakalan berubah dan jadi apa yang mama sama papa inginkan” kataku sambil tertunduk di hadapan mama dan papa. “ Alhamdullilah, akhinya kamu sadar juga nak, mama senang sekali mendengarnya” jawab mama sambil tersenyum lebar. Malam harinya papa mengajak aku dan mama makan malam di luar untuk merayakan perubahanku. Aku sangat senang dan sadar bahwa mama dan papa adalah orang tua paling baik yang di berikan tuhan kepadaku. Mereka tidak pernah menyerah untuk membuatku bahagia dan menjadikan  aku anak yang berguna, setidanya bagi orang-orang terdekatku.
            Hari-hariku lewati dengan semangat untuk meraih apa yang aku cita-citakan selama ini. Sekarang aku sudah duduk di kelas 12 dan sedang sibuk mempersiapkan ujian nasional yang akan aku dan seluruh anak kelas 12se-Indonesia jalani beberapa bulan lagi, menurutku ini adalah ujian penentu hidup dan matiku. Karena, jika nilaiku tidak mencukupi standar untuk masuk ke universitas kedokteran yang aku inginkan, maka sia-sia sudah perjuanganku selama ini. Oleh karena itu mama mendaftarkan aku di bimbingan belajar dekat sekolahku, karena disana akan membahas tentang contoh soal-soal untuk ujian nasional nanti. Tidak terasa ujian nasional pun sudah tiba, aku merasa sudah siap untuk menjawab soal-soal ujian besok, pagi-pagi sekali papa sudah bersiap untuk mengantarkan aku ke sekolah. Sebelum berangkat mama mengingatkan aku untuk  memeriksa lagi perlengkapan ujianku “Nadin periksa lagi perlengkapan ujianmu, jangan sampai ada yang tertinggal apa lagi nomor peserta ujian nasional, kalo itu gak ada nanti kamu gak boleh ikut ujian” cerewet  mama panjang lebar. “pensil, penghapus, rautan pensil, mistar LJK, pena, papan ujian, nomor peserta ujian, sudah lengkap kok ma” ku sebut satu-persatu semua perlengkapan yang akan ku pakai nanti pada saat ujian.
            Sesampainya disekolah aku langsung menuju ruangan tempat aku akan melaksanakan ujian nasional, aku duduk di kursi yang telah di tentukan oleh pihak sekolah,yaitu kursi dengan momor ujian 01-06669-xxx. Sekitar pukul 7 pengawas memasuki ruang kelas dan member pengarahan sebelum membuka amplop berisi lembar soal dengan paket A,B, dan C itu. Sebelum lembar soal di bagikan, Nugi selaku ketua kelas di kelasku memimpin doa agar kami diberikan pertolongan oleh tuhan. Setelah doa selesai, pengawas membagikan lembar soal ke pada kami dan kami harus menyelesaikan soal itu dalam waktu 120 menit. Hari pertama ujian di mulai dengan mata pelajaran Matematika, pelajaran ini cukup ku kuasai, karena mama seorang guru matematika di suatu SMA Negeri Bandung, dekat tempat tinggalku. Jadi, dari kecil aku sudah dikenalkan dengan yang namanya pelajaran matematika. Hari kedua kami menghadapi ujian mata pelajaran IPA, aku memang agak kurang menguasai pelajaran ini tapi, karena sudah mengikuti bimbingan belajar didekat sekolahku aku merasa yakin untuk menjawab soal-soalnya. Hari ketiga mata pelajaran Bahasa Inggris, ini mata pelajaran yang paling di sukai anak 12 IPA 1. Hari terakhir pelajaran Bahasa Indonesia pelajaran yang terkadang dianggap mudah padahal nyatanya tak semudah yang kita pikirkan dan untungnya aku berhasil menjawab semua soal yang ada. Tak terasa ujian nasional pun selesai, pendidikan yang di jalani selama hampir 3 tahun hanya di tentukan dengan ujian nasional yang di laksanakan 4 hari. Terkadang aku bingung dengan pemikiran orang-orang yang mengusulkan adanya ujian nasional ini “Semoga saja aku lulus dan mendapatkan nilai yang bagus, agar aku bisa masuk ke universitas yang aku impi-impikan selama ini, amin” doaku dalam hati.
            Setelah beberapa waktu menunggu, akhirnya tiba waktu pengumuman hasil ujian yang beberapa waktu lalu telah aku lalui bersama seluruh anak kelas 12 di Indonesia. Orang tua wali murit pun di undang untuk mengambil hasil ujian nasional. Tepat tanggal 5 mei 2007 pada pukul 2 siang wali kelasku masuk ke ruang kelas 12 IPA 1 untuk membagikan amplop pengumuman hasil kelulusan. Tak lama mama di panggil ke depan oleh ibu Sinta, dengan perasaan cemas, mama pun membuka amplop itu dan hasilnya ? “siswa SMA Negeri 6 Bandung yang bernama Nadinda Rachel Aniska dinyatakan LULUS !!” melihat kertas pernyataan itu mama langsung memeluk dan member selamat kepadaku. Aku lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, gak cuma itu setelah acara selesai aku dan mama menunggu papa datang menjemput kami, tiba-tiba bu Sinta datang dan member tahukan kepada ku sebuah kabar gembira
“Nadinda ?” panggil bu Sinta
“ya ada apa bu?” jawabku singkat
“ ibu punya kabar gembira untuk kamu nak” balas bu Sinta dengan senyum lebar
“kabar apa bu ?” tanyaku dengan muka penasaran
“kamu mendapatkan beasiswa kedokteran di UGM” kata bu Sinta
Aku sangat kaget dan tak bisa berkata apa-apa lagi, aku langsung memeluk mama dan menyalami bu Sinta. Ternyata diam-diam bu Sinta mendaftarkan aku untuk mendapatkan beasiswa siswa berprestasi di UGM. Aku tak menyangka, selangkah lagi impianku akan segerah menjadi kenyataan.
Empat tahun telah berlalu, sebentar lagi aku memegang gelar sarjanah kedokteran, sekarang aku sedang di sibukan dengan skripsi yang sebentar lagi selesai. tak terasa, sebentar  aku akan meninggalkan kampus yang banyak menyimpan kenangan tentang perjalanan hidupku, tentang kisah ku yang tak mungkin bisa ku lupakan. Disini juga aku bertemu dengan Rama Febrian, orang yang berhasil mencuri hatiku, kami dekat dari awal masa ospek di kampus. Rama juga mengambil jurusan kedokteran, tak ku sangka setelah dua tahun berteman Rama memberanikan dirinya untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendam untukku, tepat di hari ulang tahunku dia menyatakan perasaannya “Nadin, jujur aja dari awal kenal kamu aku udah suka sama kamu, tapi baru sekarang aku berani ngomong sama kamu” Rama mengatakan itu di hadapanku, dia menataap mataku yang terbingkai kacamata berwarna marun, aku tidak bisa berkata apa-apa, tubuhku mendadak membeku dan aku hanya bisa tersenyum. “ Din, kamu mau gak jadi pacar aku, jadi pendamping hidupku nanti ?” Rama meneruskan perkataannya dan aku semakin membeku, tubuhku dingin dan mungkin memucat. Aku sangat senang saat ini, mungkin ini adalah kado yang paling istimewa. Aku menjawab pertanyaan Rama dengan anggukan pelan dan kembali tersenyum. Besoknya aku dan Rama menjalani sidang skripsi, dengan percaya diri aku masuk ke ruangan. Setelah sidang berlalu dengan harap-harap cemas kami menunggu hasil pengumuman nilainya. Beberapa jam kemudian hasilnya pun keluar, aku lulus dengan mendapatkan nilai A+, Rama juga lulus dengan nilai A. dua minggu lagi kami di wisudah, mama dan papa sangat senang mendengar berita gembira ini. “akhirnya anak mama jadi dokter juga” kata mama smabil tersenyum bahagia.
Tiga tahun sudah kami menjalani hubungan sebagai sepassang kekasih, hari ini Rama dan keluarganya datang ke rumahku, tak kusangka dia datang untuk melamarku dan meminta restu dari mama dan papa. Mama dan papa juga menyambut hangat kedatangan mereka karena ini bukan pertemuan yang pertama, keluarga Rama memang kerap datang ke rumahku untuk sekedar bersilaturahmi atau makan malam bersama. Setelah di bicarakan panjang lebar, di putuskanlah tanggal 3 Maret 2013 sebagai tanggal pernikahanku dan Rama, lelaki yang sekarang akan menjadi pendamping hidupku, imamku dimasa depan dan ayah dari anak-anakku nanti. Mama dan papa mempercayai kami untuk mengurus semua perlengkapan pernikahan sendiri,dari mulai gedung, undangan, souvenir, baju adat, dan seluruh perlengkapan lainnya. Seminggu sebelum hari H semuanya telah lengkap, undangan pun telah disebar ke seluruh teman, keluarga dan orang-orang terdekat di keluarga kami.
Hari H itu pun tiba, hari yang sangat menegangkan untukku. Serangkaian acara telah kamu lalui. Sekarang aku telah menjadi seorang istri, sekarang kami tinggal di rumah baru yang telah di siapkan Rama dari lama sebelum kami menikah. Semoga kebahagiaan ini tidak berhenti sampai disini.
 Thanks God :)