Karya : @mesy_mdv
“N…Ana…D…Idi…N”
yups ! Nadin, itu nama ku, lengkapnya Nadinda Rachel Aniska. Aku anak semata
wayang dari “0” bersaudara, hehehe…. Terlahir pada 6 juni, pemilik bintang
Gemini. Mama dan papa ngakunya aku anak kandung, padahal aku gak ada
mirip-miripnya sama mereka. Bayangin aja, papa itu orangnya mancung, tinggi,
putih, lumayan ganteng, sedangkan mama cantik, keturunan bule, tinggi pula. La
aku ? udah pendek, pesek, rada item. “loh jadi aku ini anak siapa ?” ah sudahlah
gak usah di perpanjang, yang jelas mama sama papa itu sayang banget sama aku,
begitu juga dengan aku yang sayang banget sama mereka. Cita-cita terbesar
mereka adalah ngeliat aku jadi seorang dokter dan hidup mapan. Dari kecil,
apapun yang aku mau pasti di kasih sama
mama dan papa, dari mulai sekolah terbaik, mainan, buku, liburan, dan semua hal
yang aku mau. Dulu waktu masih SMP, aku pernah berjanji sama mama bakal jadi
apa yang mama mau dan bakalan buat mama sama papa bangga ngeliat aku nantinya.
Dari situ aku semanggat terus buat belajar… belajar… dan belajar…
Masuk
ke SMA lama-lama kok aku ngerasain titik jenuh dengan pola hidup yang aku
jalanin selama ini. Aku jadi males
bangun pagi, males belajar, gak pernah buat PR, kerjaanku main games, chating,
jalan-jalan bareng temen. Entah kenapa semua ini terjadi sama diri aku. Tapi,
aku ngerasa bebas dengan keadan seperti ini, gak ada beban sama sekali di otakku,
yang ada cuma main, santai dan bahagia. Karena terlalu sering main dan gak
ngurusin tugas-tugas sekolah, akhirnya aku jadi sering di hukum sama guru. Sampai-sampai
guru sekolahku nyerah buat ngedidik aku, alhasil ibu Sinta menelpon mama dan
papa dan menyuruh mereka untuk datang kesekolah dan membicarakan perubahan sikapku
selama ini. Bu Sinta selaku wali kelas 10.1 menanyakan penyebab perubahanku
selama ini, aku yang di kenal guru rajin, gak nakal, penurut dan selalu dapat
nilai sempurna malah berubah jadi sosok nadin yang nag dikenali para guru dan
teman-temanku. Mama sama papa kecewa berat
sama perubahan sikapku, aku kena marah abis-abisan sama papa karena semua nilai
mata pelajaran yang biasanya bagus malah jadi anjlok semua.
Sesampainya
dirumah, aku di sidang sama mama dan papa. Aku dihukum gak boleh main ke luar rumah, HP jugadi
sita, pulang sekolah harus langsung pulang, uang jajan di potong sampai aku balik
lagi jadi Nadin yang dulu, yang rajin belajar dan penurut. Jujur aja aku kesal
sama sikap papa yang ngehukum aku kayak gini. Abis itu aku langsung masuk ke
kamar dan gak keluar, gak mau masuk sekolah, mogok bicara sama mama dan papa.
Didalam hatiku berteriak “ini semua tidak adil….!! Mama dan papa memang gak
sayang sama aku”. Malam harinya mama mengetuk pintu kamarku yang beradah di
lantai dua dekat balkon rumah yang bercatkan warna coklat muda ini “tok…tok…tok….
Nadin, buka pintunya nak, kamu belum makan dari tadi siang” ujar mama dari
balik pintu. Aku gak menjawab kata-kata
mama, perutku yang dari tadi gak diisi apa-apa juga tak terasa lapar dan aku
tetap berada di atas kasur hingga akhirnya tertidur dengan pulas.
Pagi
harinya ada yang mengetuk pintu kamarku lagi beberapa kali, ku kira itu mama
yang akan membujukku agar keluar kamar dan makan. Tapi, ternyata itu papa
“tok…tok…tok… Nadin Rachel Aniska, sampai kapan kamu mau mengurung diri di
kamar seperti ini, kamu mau jatuh sakit karena tidak makan di dalam sana ?”
kata papa sambil mengetuk pintu kamarku, tapi aku masih membisu. Lalu papa
kembali berkata “Nadin, papa gak ngerti apa mau kamu sekarang, mogok bicara,
gak mau makan, gak mau sekolah, mau jadi apa kamu nanti ? sekarang terserah
sama kamu, papa capek ngeliat sikap kamu kayak gini, kamu itu udah besar jangan
bersikap seperti anak kecil teru, toh
kalau kamu gak sekolah kamu juga yang akan kehilangan teman-teman dan masa
depan yang kamu impikan selama ini”. Mendengar perkataan papa barusan hatiku
pun tersentak, disini aku mulai berpikir
dan bertanya dalam hati “apa yang aku lakukan selama ini ? begitu banyak
orang yang telah aku kecewakan, waktu yang seharusnya ku pergunakan untuk
belajar malah ku pergunakan untuk bermain dan bersantai-santai, bagaimana
dengan cita-citaku dan harapan orang tuaku” tampa sadar, air mataku menetes membasahi
pipiku dan aku teringat akan janji yang aku ucapkan kepada mama sewaktu aku SMP
dulu. Sekarang aku baru menyadari betapa hancurnya hati mama dan papa yang
telah aku kecewakan dengan sikapku. Semenjak hari itu aku pun bertekat untuk
kembali menjadi Nadin yang dulu, Nadin yang selalu mendengarkan omongan mama
dan papa, Nadin yang rajin belajar, Nadin yang rajin buat PR, dan Nadin yang
selalu membanggakan setiap orang yang menyayangiku.
Sore
hari yang cerah, mama dan papa sedang duduk di taman belakang rumah sambil
makan pisang goreng keju dan teh hangat madu, itu semua makanan kesukaan papa
dan mama sering membuatkannya. Mereka membicarakan aku, dengan rasa sangat bersalah
aku pun memberanikan diri untuk melangkahkan kakiku mendekati mama dan papa. “
ma-pa, Nadin mau minta maaf atas sikap Nadin selama ini, Nadin sadar udah
ngecewain mama sama papa. Nadin janji bakalan berubah dan jadi apa yang mama
sama papa inginkan” kataku sambil tertunduk di hadapan mama dan papa. “
Alhamdullilah, akhinya kamu sadar juga nak, mama senang sekali mendengarnya”
jawab mama sambil tersenyum lebar. Malam harinya papa mengajak aku dan mama
makan malam di luar untuk merayakan perubahanku. Aku sangat senang dan sadar
bahwa mama dan papa adalah orang tua paling baik yang di berikan tuhan
kepadaku. Mereka tidak pernah menyerah untuk membuatku bahagia dan menjadikan aku anak yang berguna, setidanya bagi
orang-orang terdekatku.
Hari-hariku
lewati dengan semangat untuk meraih apa yang aku cita-citakan selama ini.
Sekarang aku sudah duduk di kelas 12 dan sedang sibuk mempersiapkan ujian
nasional yang akan aku dan seluruh anak kelas 12se-Indonesia jalani beberapa
bulan lagi, menurutku ini adalah ujian penentu hidup dan matiku. Karena, jika
nilaiku tidak mencukupi standar untuk masuk ke universitas kedokteran yang aku
inginkan, maka sia-sia sudah perjuanganku selama ini. Oleh karena itu mama
mendaftarkan aku di bimbingan belajar dekat sekolahku, karena disana akan
membahas tentang contoh soal-soal untuk ujian nasional nanti. Tidak terasa
ujian nasional pun sudah tiba, aku merasa sudah siap untuk menjawab soal-soal
ujian besok, pagi-pagi sekali papa sudah bersiap untuk mengantarkan aku ke
sekolah. Sebelum berangkat mama mengingatkan aku untuk memeriksa lagi perlengkapan ujianku “Nadin
periksa lagi perlengkapan ujianmu, jangan sampai ada yang tertinggal apa lagi
nomor peserta ujian nasional, kalo itu gak ada nanti kamu gak boleh ikut ujian”
cerewet mama panjang lebar. “pensil,
penghapus, rautan pensil, mistar LJK, pena, papan ujian, nomor peserta ujian,
sudah lengkap kok ma” ku sebut satu-persatu semua perlengkapan yang akan ku
pakai nanti pada saat ujian.
Sesampainya
disekolah aku langsung menuju ruangan tempat aku akan melaksanakan ujian
nasional, aku duduk di kursi yang telah di tentukan oleh pihak sekolah,yaitu
kursi dengan momor ujian 01-06669-xxx. Sekitar pukul 7 pengawas memasuki ruang
kelas dan member pengarahan sebelum membuka amplop berisi lembar soal dengan
paket A,B, dan C itu. Sebelum lembar soal di bagikan, Nugi selaku ketua kelas
di kelasku memimpin doa agar kami diberikan pertolongan oleh tuhan. Setelah doa
selesai, pengawas membagikan lembar soal ke pada kami dan kami harus
menyelesaikan soal itu dalam waktu 120 menit. Hari pertama ujian di mulai
dengan mata pelajaran Matematika, pelajaran ini cukup ku kuasai, karena mama
seorang guru matematika di suatu SMA Negeri Bandung, dekat tempat tinggalku.
Jadi, dari kecil aku sudah dikenalkan dengan yang namanya pelajaran matematika.
Hari kedua kami menghadapi ujian mata pelajaran IPA, aku memang agak kurang
menguasai pelajaran ini tapi, karena sudah mengikuti bimbingan belajar didekat
sekolahku aku merasa yakin untuk menjawab soal-soalnya. Hari ketiga mata
pelajaran Bahasa Inggris, ini mata pelajaran yang paling di sukai anak 12 IPA
1. Hari terakhir pelajaran Bahasa Indonesia pelajaran yang terkadang dianggap
mudah padahal nyatanya tak semudah yang kita pikirkan dan untungnya aku
berhasil menjawab semua soal yang ada. Tak terasa ujian nasional pun selesai,
pendidikan yang di jalani selama hampir 3 tahun hanya di tentukan dengan ujian
nasional yang di laksanakan 4 hari. Terkadang aku bingung dengan pemikiran
orang-orang yang mengusulkan adanya ujian nasional ini “Semoga saja aku lulus
dan mendapatkan nilai yang bagus, agar aku bisa masuk ke universitas yang aku
impi-impikan selama ini, amin” doaku dalam hati.
Setelah
beberapa waktu menunggu, akhirnya tiba waktu pengumuman hasil ujian yang
beberapa waktu lalu telah aku lalui bersama seluruh anak kelas 12 di Indonesia.
Orang tua wali murit pun di undang untuk mengambil hasil ujian nasional. Tepat
tanggal 5 mei 2007 pada pukul 2 siang wali kelasku masuk ke ruang kelas 12 IPA
1 untuk membagikan amplop pengumuman hasil kelulusan. Tak lama mama di panggil
ke depan oleh ibu Sinta, dengan perasaan cemas, mama pun membuka amplop itu dan
hasilnya ? “siswa SMA Negeri 6 Bandung yang bernama Nadinda Rachel Aniska
dinyatakan LULUS !!” melihat kertas pernyataan itu mama langsung memeluk dan
member selamat kepadaku. Aku lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, gak cuma
itu setelah acara selesai aku dan mama menunggu papa datang menjemput kami,
tiba-tiba bu Sinta datang dan member tahukan kepada ku sebuah kabar gembira
“Nadinda ?” panggil bu Sinta
“ya ada apa bu?” jawabku singkat
“ ibu punya kabar gembira untuk kamu nak” balas bu
Sinta dengan senyum lebar
“kabar apa bu ?” tanyaku dengan muka penasaran
“kamu mendapatkan beasiswa kedokteran di UGM” kata
bu Sinta
Aku
sangat kaget dan tak bisa berkata apa-apa lagi, aku langsung memeluk mama dan
menyalami bu Sinta. Ternyata diam-diam bu Sinta mendaftarkan aku untuk
mendapatkan beasiswa siswa berprestasi di UGM. Aku tak menyangka, selangkah
lagi impianku akan segerah menjadi kenyataan.
Empat tahun telah berlalu, sebentar lagi aku
memegang gelar sarjanah kedokteran, sekarang aku sedang di sibukan dengan
skripsi yang sebentar lagi selesai. tak terasa, sebentar aku akan meninggalkan kampus yang banyak
menyimpan kenangan tentang perjalanan hidupku, tentang kisah ku yang tak
mungkin bisa ku lupakan. Disini juga aku bertemu dengan Rama Febrian, orang
yang berhasil mencuri hatiku, kami dekat dari awal masa ospek di kampus. Rama
juga mengambil jurusan kedokteran, tak ku sangka setelah dua tahun berteman
Rama memberanikan dirinya untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendam
untukku, tepat di hari ulang tahunku dia menyatakan perasaannya “Nadin, jujur
aja dari awal kenal kamu aku udah suka sama kamu, tapi baru sekarang aku berani
ngomong sama kamu” Rama mengatakan itu di hadapanku, dia menataap mataku yang
terbingkai kacamata berwarna marun, aku tidak bisa berkata apa-apa, tubuhku
mendadak membeku dan aku hanya bisa tersenyum. “ Din, kamu mau gak jadi pacar
aku, jadi pendamping hidupku nanti ?” Rama meneruskan perkataannya dan aku
semakin membeku, tubuhku dingin dan mungkin memucat. Aku sangat senang saat
ini, mungkin ini adalah kado yang paling istimewa. Aku menjawab pertanyaan Rama
dengan anggukan pelan dan kembali tersenyum. Besoknya aku dan Rama menjalani
sidang skripsi, dengan percaya diri aku masuk ke ruangan. Setelah sidang
berlalu dengan harap-harap cemas kami menunggu hasil pengumuman nilainya.
Beberapa jam kemudian hasilnya pun keluar, aku lulus dengan mendapatkan nilai
A+, Rama juga lulus dengan nilai A. dua minggu lagi kami di wisudah, mama dan
papa sangat senang mendengar berita gembira ini. “akhirnya anak mama jadi
dokter juga” kata mama smabil tersenyum bahagia.
Tiga tahun sudah kami menjalani hubungan sebagai
sepassang kekasih, hari ini Rama dan keluarganya datang ke rumahku, tak
kusangka dia datang untuk melamarku dan meminta restu dari mama dan papa. Mama
dan papa juga menyambut hangat kedatangan mereka karena ini bukan pertemuan
yang pertama, keluarga Rama memang kerap datang ke rumahku untuk sekedar
bersilaturahmi atau makan malam bersama. Setelah di bicarakan panjang lebar, di
putuskanlah tanggal 3 Maret 2013 sebagai tanggal pernikahanku dan Rama, lelaki
yang sekarang akan menjadi pendamping hidupku, imamku dimasa depan dan ayah
dari anak-anakku nanti. Mama dan papa mempercayai kami untuk mengurus semua
perlengkapan pernikahan sendiri,dari mulai gedung, undangan, souvenir, baju
adat, dan seluruh perlengkapan lainnya. Seminggu sebelum hari H semuanya telah
lengkap, undangan pun telah disebar ke seluruh teman, keluarga dan orang-orang
terdekat di keluarga kami.
Hari H itu pun tiba, hari yang sangat menegangkan
untukku. Serangkaian acara telah kamu lalui. Sekarang aku telah menjadi seorang
istri, sekarang kami tinggal di rumah baru yang telah di siapkan Rama dari lama
sebelum kami menikah. Semoga kebahagiaan ini tidak berhenti sampai disini.
Thanks God :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar